Saturday, January 7, 2017

Bukit Rhema, Gereja Ayam yang unik.


Bukit Rhema aka Gereja Ayam


Sebenarnya melihat Borobudur dari kejauhan itu bukan hanya di Punthuk Setumbu. Di dekat sana ada Bukit Barede dan juga Purwosari Hill. Malahan shooting AADC dilakukan di Purwosari Hill bukan di Phuntuk Setumbu, katanya lho... Hanya saja aku tak mau mengambil resiko, tetap pilih Punthuk Setumbu walaupun dipenuhi pengunjung.

Jika kita meneruskan berjalan kaki di Punthuk Setumbu, kita akan tiba di Bukit Rhema, tapi kami baru sadar ketika tiba di kawasan Bukit Rhema dengan menggunakan mobil. Ada plang "Punthuk Setumbu" di dekat pintu masuk.

lantai di dalam bangunan
Satu hal lagi, kita bisa melihat Bukit Rhema atau Gereja Ayam dari kejauhan, dari Punthuk Setumbu. Tapi aku juga tak tahu di mana. Maafkan. Hehe.

Jangan terlalu percaya pada GPS untuk mencapai Bukit Rhema menggunakan mobil. Kami sempat blusukan ke gang-gang kecil, nyasar karena mencoba mencari tempat parkir yang terdekat. Kami sudah menemukan orang-orang yang parkir dan berjalan kaki di tanah licin menuju Bukit Rhema tapi tidak seperti yang ditunjukkan GPS. Makanya kami cari tempat lain. Untungnya ada seorang ibu bermotor yang membantu menunjukkan jalan.

"Ikuti saya, mari saya antar," ujar sang ibu bersemangat sambil disenyumi oleh tetangga-tetangganya.

Ibu baik hati ini memandu kami melewati sebuah sekolah dan belok kiri, sekolah yang tadi kami lewati tapi kami tak tahu bahwa itu sekolah. Kami juga melewati tempat parkir Bukit Barede. Sepi di sana. Mungkin pemandangannya tidak sebagus di tempat lain ya?

Sampai sebuah pertigaan, kami melihat plang Bukit Rhema dan Purwosari Hill. Sang ibu berhenti dan mempersilakan kami meneruskan perjalanan.

"Kalau ditawari ojeg di sana, jangan mau. Mahal. 60rb. Jangan mau," katanya. Lucu juga, bukannya mendukung mata pencaharian warga sekitarnya malah berpihak kepada wisatawan. Tapi nasehat ibu harus kita dengar bukan? Nanti kualat lho kalau dilawan.

Refleksi dari atap ruangan dan sendal jepit andalan.
Retribusi masuk Bukit Rhema 10k per orang. Kita masuk ke dalam bangunan dan sudah disediakan tempat duduk d sana untuk menunggu panggilan. Ada juga sebuah tayangan sejarah mengenai bangunan tersebut. Bukan ayam, tapi burung merpati. Tetap saja nggak mirip ayam maupun merpati. Mungkin anak tetangga. (Nggak lucu!)

Kami mengelilingi ruangan sementara menunggu panggilan untuk naik ke lantai atas (puncak kepala burung). Ada berbagai ruangan di arah bawah, temboknya terbuat dari semen. Tempat ini belum selesai dibuat, tampak masih ada ruangan yang sedang dalam tahap penyelesaian. Entahlah. Katanya tempat ini bertujuan untuk menjadi rumah doa. Yang jelas, aku pribadi sih kurang merasa sreg untuk berdoa di sana.

Akhirnya kami meninggalkan tempat itu tanpa menunggu panggilan. Masih banyak tempat lain yang ingin kami kunjungi. Kalaupun ke atas untuk berfoto, terlalu banyak orang lain lalu lalang. Hasil fotonya juga nanti gak bagus.

Dari Bukit Rhema kami melanjutkan petualangan kami ke Puncak Suroloyo.


Related Posts:


No comments:

Post a Comment