Tuesday, September 6, 2016

Batu Mentas, wisata tersembunyi di Tanjung Pandan

Belitung hari pertama 02/03

Setelah sarapan di Tanjung Pandan, kami bergegas ke Batu Mentas di daerah Badau. Masih pk. 9 pagi, untuk check in ke hotel pun belum tepat waktunya. Walau tempat ini memang kurang populer dan jarang dimasukkan di dalam itinerary tour Belitung, aku tetap merasa tempat ini punya keasikan tersendiri yang tidak ditawarkan di pantai-pantai Belitung. Sebelum mengunjungi pantai dan pulau yang terkenal, mengapa tidak menjelajahi sungai juga?

Kalau kamu tidak suka berendam di air sungai yang jernih, dan berantakannya hutan perawan, mungkin kamu akan menganggap tempat ini biasa saja. Tak perlu ke sini.

Tapi kalau kamu nggak ke sini, kamu akan melewatkan heningnya alam bersama ikan-ikan kecil ceria yang berkeliaran. Kamu akan melewatkan main ban di sungai dangkal berpohon banyak nan teduh sambil bersantai.


Kalau sungainya agak deras airnya di musim hujan, kita bisa river tubing juga sebenarnya. Di sana disediakan ban-ban besar yang disewakan 10rb /ban. Aku sudah membayangkan ber-river tubing di Batu Mentas seperti di sungai Oyo, Yogyakarta. Hanya saja air sungainya sedang surut, menurut penjaga di sana. Selain kami berlima, ada serombongan turis lokal yang telah tiba di sana. Mereka main "flyingfox" pendek yang berupa ban besar diluncurkan ke sungai. Tidak begitu lama kemudian mereka pergi dan hanya tinggal kami di sana, menikmati private clear water river.

Kalau kita membaca lebih jauh di internet, kita juga akan menemukan cerita orang-orang yang mengunjungi Batu Mentas di malam hari, khusus untuk mencari Tarsius, atau Binatang Hantu/ Monyet Hantu, primata langka yang dilestarikan di sana. Hebat juga, Belitung punya pusat konservasi Tarsius yang hanya ada di Bitung, Sulawesi  Utara selain di Belitung.

Baca selengkapnya tentang Tarsius
Sepertinya Tarsius disebut Monyet Hantu atau Kera Hantu karena wajahnya mirip burung hantu. Kepalanya bahkan bisa berputar 180 derajat seperti burung hantu. Entahlah. Lebih mirip goblin juga sih ya? Tapi kasian mereka, sering diburu karena dianggap membawa sial. Sadisnya, sudah langka mereka tetap diburu untuk dimakan sebagai cemilan anak-anak muda sambil menenggak bir cap tikus. Padahal, sulit sekali mengembangbiakkan mereka karena rentan stress. Kalau mereka stress mereka tidak mau makan atau bahkan melukai dirinya sendiri hingga mati.

Hal unik lagi tentang Tarsius, matanya lebih besar dari otaknya! Mereka membutuhkan mata yang besar karena hidupnya yang nocturnal, agar bisa melihat lebih jelas di malam hari. Makanan kesukaan mereka hampir sama seperti tokek, yaitu kecoak dan jangkrik. Andai aku bisa pelihara sepasang untuk di rumah, biar bebas dari kecoak. HAHA. Sayangnya mereka juga tidak mudah beradaptasi, tidak bisa hidup di luar habitatnya. Stress berat.

Batu Mentas Ecolodge and Tarsius Sanctuary diluncurkan bulan Maret 2012 dengan melibatkan masyarakat sekitar. Tujuan yang baik, melindungi keberadaan primata paling kecil di dunia (hanya sekepalan tangan) sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar. Kelihatannya usaha tersebut terbengkalai di tengah jalan. Hanya ada sisa-sisa ecolodge yang jauh dari kesan terurus. Sangat disayangkan.

Anyway, tetap mengesankan dan menyenangkan mengunjungi Batu Mentas. Belitung tidak melulu pantai, ada juga hutan dan sungai. Cobalah pergi ke sana, tapi jangan menetapkan ekspektasi terlalu tinggi.

Ada dua cara untuk mencapai Batu Mentas:
1. Bertanya kepada supir atau local guide kamu. Ini paling mudah. HAHA. Tapi siap-siap saja dijawab dengan pernyataan yang kurang supportive, ah tempat itu cuma sungai dangkal saja. Kalau mendengar seperti itu, jangan terpengaruh! Tetap ngotot minta diantar ke sana.

2. Gunakan fasilitas GPS ke daerah Badau. Kalau dari arah Tanjung Pandan, belok ke kiri setelah ada penunjuk jalan BATU MENTAS, melewati jalan yang membelah ladang merica dan hutan. Kamu pasti bisa!

Badau ini adalah daerah yang kita lintasi dalam perjalanan menuju Desa Laskar Pelangi dan Museum Andrea Hirata, atau menuju Manggar Belitung Timur. Hanya memerlukan waktu 25 menit dari kota Tanjung Pandan. Jalannya besar, bagus, mulus. Jadi bukan halangan, dan tak ada alasan untuk tidak mencobanya.

Apa saja yang perlu dipersiapkan?

1. Hati yang gembira. Namanya juga lagi menjelajah, lagi liburan. Harus lebih banyak gembira daripada bersungut-sungut. Sungai jernih ini
 akan sangat menyenangkan ketika bertemu dengan hati yang gembira. Trust me.

Adem, dingin, damai, tiis di ceuli tiis di hati
2. Boleh pakai baju renang. Lebih nyaman ciprat-cipratan dan rendaman. Di sana ada kamar mandi tertutup, jadi bisa ganti baju dulu setibanya di lokasi dan membilas diri sebelum meninggalkan lokasi.

3. Chill music will be great. Bersantai, minum kopi sambil mendengarkan musik tenang.

4. Jangan tinggalkan sampahmu di sana. Sedikitpun. Jadilah manusia yang berkawan dengan alam, bukan merusaknya.

Apakah saya akan ke Batu Mentas lagi kalau kembali ke Belitung? Yes, definitely. I will love to come back again.


Catatan kaki:
Sewa ban Rp. 10.000,-
Tiket masuk Rp. 10.000,- per orang, anak-anak boleh nawar atau gak dihitung.

Ikut membantu perekonomian masyarakat di sana adalah hal yang baik, ya kan?

Related Posts:

Sarapan Pagi di Belitung

Liburan Impian, Belitung Hari Pertama
Islands hopping di Belitung, hari kedua.
Tanjung Pendam, apa yang kau pendam?
Lebih dekat dengan penduduk Belitung

2 comments: